Terdengar asing? Ikan camcoan adalah salah satu kekayaan kuliner Tionghoa Peranakan. Kuliner ini adalah masakan rumahan, hampir tidak mungkin ditemukan di restoran, baik yang resto kecil atau besar di mana saja. Mungkin saja ada, tapi sangat jarang, apalagi sekarang ini.
Hidangan ini sering disajikan di meja makan kami berpuluh tahun lalu di Semarang. Beberapa waktu lalu, mendadak ingatan ini melayang ke masakan ini setelah melihat tulisan “Cuan-cuan Blanak” di kaca display di Waroeng Eddi waktu meliput di sana.
Segera aku konfirmasi ke si Eddi, dan ternyata benar masakan yang ditulis di situ sama dengan masakan yang di keluarga kami dinamakan camcoan. Asal kata dari mana, entahlah…sedari dulu ya demikian menyebutnya…haha… Kecurigaan kuat bahwa kata itu berasal dari dialek Hokkian.
Olahan ikan ini sangat sederhana, gampang sekali, praktis dan enak!
Bahan:
- Ikan gurame seekor (bisa diganti ikan apa saja, asal jangan ikan paus atau hiu ya….)
- Tauco (berapa banyak sesuai selera lidah seberapa kuat rasa ketaucoan anda)
- Cabe merah besar (kalau suka pedas, jangan buang biji dan bagian putih di tengah cabe, kalau tidak suka pedas, buang biji dan bagian putihnya).
- Bawang putih
- Kecap manis (dalam hal ini aku pakai merek khas Semarang, yaitu Mirama)
Cara memasak:
- Goreng ikan sampai agak kering (kali ini, karena aku beli di supermarket di Gading Serpong, gurame hidup, minta sekalian digorengkan, supaya tidak repot di rumah).
- Tumis bawang putih sampai harum
- Masukkan tauco aduk bersama bawang putih
- Masukkan cabe yang sudah diiris
- Masukkan ikan
- Tambahkan air
- Tambahkan kecap
- Setel rasa dengan garam dan gula
Di Waroeng Eddi dan juga dari ngobrol dengan Peony, mereka lebih suka menggunakan ikan belanak dengan pertimbangan daya resap bumbu dari daging ikan belanak, konon dipercaya lebih mumpuni dari ikan yang lain.
Silakan mencoba…
sumber : http://baltyra.com/2010/04/18/ikan-camcoan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar